Sejarah Perkembangan Logika
1
Logika adalah salah satu cabang filsafat.
Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme
(bahasa Latin: logica scientia) atau
ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara
lurus, tepat, dan teratur.
pada masa Aristoteles logika masih disebut
dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang
berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti
argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya.
Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme. Aristoteles, sebagai sebuah ilmu
tentang hukum-hukum berpikir guna memelihara jalan pikiran dari setiap
kekeliruan. Logika sebagai ilmu baru pada waktu itu, disebut dengan nama “analitika” dan “dialektika”. Kumpulan karya tulis Aristoteles mengenai logika
diberi nama Organon.
Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid
Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika.
Theoprastus, memberi sumbangan terbesar dalam logika ialah penafsirannya
tentang pengertian yang mungkin dan juga tentang sebuah sifat asasi dari setiap
kesimpulan. Kemudian, Porphyrius, seorang ahli pikir di Iskandariah menambahkan
satu bagian baru dalam pelajaran logika. Bagian baru ini disebut Eisagoge,
yakni sebagai pengantar Categorie. Dalam bagian baru ini dibahas
lingkungan-lingkungan zat dan lingkungan-lingkungan sifat di dalam alam, yang
biasa disebut dengan klasifikasi. Dengan demikian, logika menjadi tujuh bagian.
Tokoh logika pada zaman Islam adalah
Al-Farabi yang terkenal mahir dalam bahasa Grik Tua, menyalin seluruh karya
tulis Aristoteles dalam berbagai bidang ilmu dan karya tulis ahli-ahli pikir
Grik lainnya. Al-Farabi menyalin dan memberi komentar atas tujuh bagian logika
dan menambahkan satu bagian baru sehingga menjadi delapan bagian.
Karya Aristoteles tentang logika dalam
buku Organon dikenal di dunia Barat selengkapnya ialah sesudah berlangsung
penyalinan-penyalinan yang sangat luas dari sekian banyak ahli pikir Islam ke
dalam bahasa Latin. Penyalinan-penyalinan yang luas itu membukakan masa dunia
Barat kembali akan alam pikiran Grik Tua.
Petrus Hispanus menyusun pelajaran logika
berbentuk sajak, seperti All-Akhdari dalam dunia Islam, dan bukunya itu menjadi
buku dasar bagi pelajaran logika sampai abad ke-17. Petrus Hispanus inilah yang
mula-mula mempergunakan berbagai nama untuk sistem penyimpulan yang sah dalam
perkaitan bentuk silogisme kategorik dalam sebuah sajak. Dan kumpulan sajak
Petrus Hispanus mengenai logika ini bernama Summulae.
Francis Bacon melancarkan serangan
sengketa terhadap logika dan menganjurkan penggunaan sistem induksi secara
lebih luas. Serangan Bacon terhadap logika ini memperoleh sambutan hangat dari
berbagai kalangan di Barat, kemudian perhatian lebih ditujukan kepada
penggunaan sistem induksi.
Pembaruan logika di Barat berikutnya
disusul oleh lain-lain penulis di antaranya adalah Gottfried Wilhem von
Leibniz. Ia menganjurkan penggantian pernyataan-pernyataan dengan simbol-simbol
agar lebih umum sifatnya dan lebih mudah melakukan analisis. Demikian juga
Leonard Euler, seorang ahli matematika dan logika Swiss melakukan pembahasan
tentang term-term dengan menggunakan lingkaran-lingkaran untuk melukiskan
hubungan antarterm yang terkenal dengan sebutan circle-Euler.
John Stuart Mill pada tahun 1843
mempertemukan sistem induksi dengan sistem deduksi. Setiap pangkal-pikir besar
di dalam deduksi memerlukan induksi dan sebaliknya induksi memerlukan deduksi
bagi penyusunan pikiran mengenai hasil-hasil eksperimen dan penyelidikan. Jadi,
kedua-duanya bukan merupakan bagian-bagian yang saling terpisah, tetapi
sebetulnya saling membantu. Mill sendiri merumuskan metode-metode bagi sistem
induksi, terkenal dengan sebutan Four Methods.
Logika Formal sesudah masa Mill lahirlah
sekian banyak buku-buku baru dan ulasan-ulasan baru tentang logika. Dan sejak
pertengahan abad ke-19 mulai lahir satu cabang baru yang disebut dengan
Logika-Simbolik. Pelopor logika simbolik pada dasarnya sudah dimulai oleh Leibniz.
Logika simbolik pertama dikembangkan oleh
George Boole dan Augustus de Morgan. Boole secara sistematik dengan memakai
simbol-simbol yang cukup luas dan metode analisis menurut matematika, dan
Augustus De Morgan merupakan seorang ahli matematika Inggris memberikan
sumbangan besar kepada logika simbolik dengan pemikirannya tentang relasi dan
negasi.
Tokoh logika simbolik yang lain ialah John
Venn, ia berusaha menyempurnakan analisis logik dari Boole dengan merancang
diagram lingkaran-lingkaran yang kini terkenal sebagai diagram Venn (Venn’s
diagram) untuk menggambarkan hubungan-hubungan dan memeriksa sahnya penyimpulan
dari silogisme. Untuk melukiskan hubungan merangkum atau menyisihkan di antara
subjek dan predikat yang masing-masing dianggap sebagai himpunan.
Perkembangan logika simbolik mencapai
puncaknya pada awal abad ke-20 dengan terbitnya 3 jilid karya tulis dua filsuf
besar dari Inggris Alfred North Whitehead dan Bertrand Arthur William Russell
berjudul Principia Mathematica dengan
jumlah 1992 halaman. Karya tulis Russell-Whitehead Principia Mathematica memberikan dorongan yang besar bagi
pertumbuhan logika simbolik.
By : Unknown
Pengertian Teori dan Fakta
0
Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan
hubungan sistematik dalam gejala sosial maupun natural yang dijadikan pencermatan. Teori
merupakan abstarksi dari pengertian atau hubungan dari proposisi atau dalil.
Menurut Kerlinger teori dinyatakan sebagai sebuah aset dari proposisi yang mengandung
suatu pandangan sistematis dari fenomena.
Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan
dalam mencermati lebih jauh mengenai teori, yakni
1. Teori
adalah sebuah aset
proposisi yang terdiri dari konstrak yang sudah didefinisikan secara luas dan
dengan hubungan unsur-unsur dalam set tersebut secara jelas
2. Teori
menjelaskan hubungan antar variable atau antar konstrak sehingga pandangan yang
sistematik dari fenomena fenomena yang diterangkan oleh variable dengan jelas
kelihatan
3. Teori
menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasi variable satu berhubungan
dengan variable yang lain.
Teori dinyatakan pula sebagai alat dari
ilmu (tool of science), sedangkan
perannya
meliputi :
1. Mendifinisikan orientasi utama dari ilmu
dengan cara memberikan definisi terrhadap jenis-jenis data yang akan dibuat
2.
Teori memberikan rencana konseptual,
dengan rencana fenomena-fenomena yang relevan disitematisasi, diklasifikasi dan
dihubung-hubungkan.
3. Teori memberi ringkasan terhadap fakta
dalam bentuk generalisasi empiris dan sistem generalisasi
4.
Teori memberikan prediksi terhadap fakta
5.
Teori memperjelas celah-celah dalam
pengetahuan kita
Fakta adalah pengamatan yang telah
diverifikasi secara empiris. Fakta dalam prosesnya kadangkala dapat menjadi
sebuah ilmu namun juga sebaliknya. Fakta tidak akan dapat menjadi sebuah ilmu
manakala dihasilkan secara random saja. Namun bila dikumpulkan secara
sistematis dengan beberama sistem serta dilakukan secara sekuensial, maka fakta
tersebut mampu melahirkan sebuah ilmu. Sebagai kunci bahwa fakta tidak akan
memiliki arti apa-apa tanpa sebuah teori.
Semua pengetahuan ilmiah harus berdasarkan
pengamatan. Inilah basis metode ilmiah, namun ada beberapa keraguan dalam
seberapa dekat hubungan dibutuhkan antara pengamatan dan teori. Metode tidak
dapat semata proses menggeneralisasi pengetahuan dari pengamatan, karena
sebagian pengetahuan merupakan syarat awal membuat pengamatan ilmiah.
Sebuah teori dikatakan benar jika ia
menjelaskan hal-hal yang tidak teramati tapi benar-benar ada dan menjelaskannya
dengan akurat. Jika tidak, ia salah. Hal ini menunjukkan kesalahan dalam
membandingkan teori dengan fakta. Sebuah fakta adalah keadaan aktual di alam,
dan sebuah teori, adalah benar jika ia sesuai dengan fakta. Beberapa teori
benar (teori atom), yang lain salah (teori kalorik), dan metode ilmiahlah yang
mengarahkan kita dalam memutuskan mana yang benar mana yang salah. Mengatakan
sesuatu gagasan itu hanya teori bukan fakta, adalah kesalahan kategori, seperti
membandingkan apel dan jeruk, bukannya apel dengan apel dan jeruk dengan jeruk.
Fakta adalah apa yang dijelaskan teori. Dan teori dapat menjelaskan fakta.
By : Unknown
Pengertian Teori Menurut Para Ahli
0
Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan
hubungan sistematik dalam gejala sosial maupun natural yang dijadikan pencermatan. Teori
merupakan abstarksi dari pengertian atau hubungan dari proposisi atau dalil.
Menurut Kerlinger teori dinyatakan sebagai sebuah aset dari proposisi yang mengandung
suatu pandangan sistematis dari fenomena.
Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan
dalam mencermati lebih jauh mengenai teori, yakni
1. Teori
adalah sebuah aset
proposisi yang terdiri dari konstrak yang sudah didefinisikan secara luas dan
dengan hubungan unsur-unsur dalam set tersebut secara jelas
2. Teori
menjelaskan hubungan antar variable atau antar konstrak sehingga pandangan yang
sistematik dari fenomena - fenomena yang diterangkan oleh variable dengan jelas
kelihatan
3. Teori
menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasi variable satu berhubungan
dengan variable yang lain.
Teori dinyatakan pula sebagai alat dari
ilmu (tool of science), sedangkan
perannya
meliputi :
1. Mendifinisikan orientasi utama dari ilmu
dengan cara memberikan definisi terrhadap jenis-jenis data yang akan dibuat
2. Teori memberikan rencana konseptual,
dengan rencana fenomena-fenomena yang relevan disitematisasi, diklasifikasi dan
dihubung-hubungkan.
3. Teori memberi ringkasan terhadap fakta
dalam bentuk generalisasi empiris dan sistem generalisasi
4.
Teori memberikan prediksi terhadap fakta
5.
Teori memperjelas celah-celah dalam
pengetahuan kita
Fakta adalah pengamatan yang telah
diverifikasi secara empiris. Fakta dalam prosesnya kadangkala dapat menjadi
sebuah ilmu namun juga sebaliknya. Fakta tidak akan dapat menjadi sebuah ilmu
manakala dihasilkan secara random saja. Namun bila dikumpulkan secara
sistematis dengan beberama system serta dilakukan secara sekuensial, maka fakta
tersebut mampu melahirkan sebuah ilmu. Sebagai kunci bahwa fakta tidak akan
memiliki arti apa-apa tanpa sebuah teori.
Semua pengetahuan ilmiah harus berdasarkan
pengamatan. Inilah basis metode ilmiah, namun ada beberapa keraguan dalam
seberapa dekat hubungan dibutuhkan antara pengamatan dan teori. Metode tidak
dapat semata proses menggeneralisasi pengetahuan dari pengamatan, karena
sebagian pengetahuan merupakan syarat awal membuat pengamatan ilmiah.
Sebuah teori dikatakan benar jika ia
menjelaskan hal-hal yang tidak teramati tapi benar-benar ada dan menjelaskannya
dengan akurat. Jika tidak, ia salah. Hal ini menunjukkan kesalahan dalam
membandingkan teori dengan fakta. Sebuah fakta adalah keadaan aktual di alam,
dan sebuah teori, adalah benar jika ia sesuai dengan fakta. Beberapa teori
benar (teori atom), yang lain salah (teori kalorik), dan metode ilmiahlah yang
mengarahkan kita dalam memutuskan mana yang benar mana yang salah. Mengatakan
sesuatu gagasan itu hanya teori bukan fakta, adalah kesalahan kategori, seperti
membandingkan apel dan jeruk, bukannya apel dengan apel dan jeruk dengan jeruk.
Fakta adalah apa yang dijelaskan teori. Dan teori dapat menjelaskan fakta.
By : Unknown
Komponen-Komponen Ilmu Pengetahuan
1
Kata ilmu secara Etimologi berarti tahu
atau pengetahuan. Kata ilmu berasal dari bahasa Arab Alima-ya’lamu, dan science dari
bahasa Latin Scio, scrie artinya to know. Sinonim yang paling akurat dalam bahasa Yunani adalah epitisteme. Sedangkan secara Terminology
ilmu atau science adalah semacam
pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat tertentu.
Ilmu
pengetahuan pada hakekatnya memiliki beberapa komponen sebagai berikut
1. Fenomena, Kejadian atau gejala-gejala yang
ditangkap oleh indra manusia dan dijadikan masalah karena belum diketahui (apa,
mengapa, bagaimana) adanya.
2. Konsep, Istilah atau symbol yang
mengandung pengertian singkat dari fenomena, atau abstraksi dari fenomena.
3. Variabel adalah adalah konsep yang
mempunyai variasi sifat yang dapat dinyatakan dengan jumlah atau besaran yang
bernulai kategorial. Variable sifat, jumlah atau besaran yang mempunyai nilai
kategori (bertingkat) baik kualitatif, maupun kuantitatif, sebagai hasil
penelaan mendasar dari konsep.
4.
Proposisi adalah kalimat ungkapan yang
terdiri dari dua variable atau lebih, yang menyatakan hubungan sebab akibat
(kausalitas).
5. Fakta adalah proposisi yang telah teruji
secara empiris (hubungan yang ditunjang oleh data empiris).
6.
Teori adalah jalinan fakta menurut
kerangka bermakna.
Bila fakta yang satu mempengaruhi yang
lain disebut faktor. Hubungan antar faktor disebut proporsi. Proporsi inilah
lazim disebut embrio teori. Bila sifat hubungan yang dimiliki proporsi telah
diketahui, maka proporsi tersebut menjadi konsep lanjut (yang lebih tinggi dari
konsep awal) yaitu menjadi teori hubungan.
By : Unknown
Kesenjangan Antara Kebenaran dan Fakta
0
Pada zaman dahulu, nilai-nilai kebenaran
sangat dijunjung tinggi baik oleh orang tua, pendidik, ulama, dan anggota
masyarakat dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat., berbangsa, dan
bernegara. Prinsip satu kata dengan perbuatan atau perilaku masih terwujud
dalam fakta yang dapat diamati. Sebagai contoh, keluarga kaum ulama pada zaman
dahulu masih konsisten dalam menjalankan ajaran agama islam tentang etika
bergaul anta pria dan wanita, etika cara berpaikaian menurut islam bagi kaum
pria dan wanita, serta etika-etika lain yang semuanya telah diatur dalam Al
Qur’an dan Hadist. Ajaran-ajaran dalam islam tersebut merupakan suatu kebaikan
dan kebenaran yang sifatnya mutlak. Karena itu tata cara bergaul antara pria
dan wanita serta tata cara berpakaian anatar pria dan wanita islam dizaman
praglobalisasi penuh dnegan nilai-nilai dan etika tentang sopan-santun.
Fenomena ini terwujud dalam fakta dimasyarakat yang dapat diamati dalam
kehidupan sehari-hari.
Sebaliknya di era globalisasi, nilai-nilai
kebenrana khususnya etika bergaul dan tata cara berpakaian anatara pria dan
wanita dalam islam sudah mulai ditinggalakan oleh sebagian anggota masyarakat
remaja yang terwujud dalam fakta. Sebagai contoh ajaran islam tentang ‘larangan
mendekati zina’ sebagai suatu ajaran mengandung nilai kebenaran yang mutlak,
kini telah ditinggalkan oleh sebagian remaja yang berpola pikir
kebarat-baratan. Islam juga mengajarkan nilai sopan-santun yang mengandung
nilai kebenaran tentang keharusan kaum wanita untuk menutup aurat, namun dalam faktanya,
sebagian remaja telah menganggap ajaran itu tidak benar atau kuno sehingga
nilai kebenaran agama mengalami krisis dan kesenjangan dengan kenyataan atau
fakta yang diamati dala kehidupan sehari-hari dimasyarakat.
Pada dasarnya kebenaran dalah sesuatu yang
ada secara objektif, logis dan merupakan yang terjadi yang dapat diterima
secara logis dan merupakan sesuatu yang empiris. Sedangkan fakta merupakan
kenyataan yang terjadi yang dapat diterima secara logis dan dapat diamati
secara nyata dengan pancaindra manusia.
Dari uraian dan kedua contoh diatas,
menunjukan bahwa antara kebenaran dan fakta merupakan dua sisi mata uang yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. dengan kata lain, antar fakta dan
kebenaran, dan anatara kebenaran dan fakta merupakan dua hal yang berkaitan
sangat erat.
By : Unknown
Sejarah Bahasa Indonesia
0
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa
melayu. Pada zaman sriwijaya, Bahasa melayu di pakai sebagai Bahasa penghubung
antarsuku di Nusantara dan sebagai Bahasa yang digunakan dalam perdagangan
antara pedagang dari dalam Nusantara, pada saat itu Bahasa melayu telah
berfungsi sebagai :
1.
Bahasa
kebudayaan yaitu Bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra
2.
Bahasa
perhubungan (lingua franca) antar suku di Indonesia
3.
Bahasa
perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang berasal
dari luar Indonesia.
4.
Bahasa
resmi kerajaan
Bahasa melayu menyebar ke
pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama islam di Indonesia di
wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena
Bahasa melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai Bahasa
perhubungan antarpulau, antarsuku,
antarpedagang, antarbangsa dan antarkerajaan. Bahasa melayu dipakai di
mana-mana di wilayah Nusantara serta semakin berkembang dan bertambah kukuh
keberadaannya. Bahasa melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam
pertumbuhannya di pengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa melayu menyerap
kosakata dari berbagai Bahasa, terutama dari Bahasa Sansakerta, Bahasa Persia,
Bahasa Arab, Bahasa-bahasa Eropa. Bahasa melayu dalam perkembangannya muncul
dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan Bahasa melayu di
wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan
rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda Indonesia yang
tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat Bahasa melayu
menjadi Bahasa Indonesia menjadi Bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia.
Bahasa Indonesia lahir pada
tanggal 28 oktober 1928 (sumpah pemuda). Unsur ketiga dari sumpah pemuda
merupakan pernyataan tekad bahwa Bahasa Indonesia merupakan Bahasa persatuan
bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai
Bahasa Nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai Bahasa negara
pada tanggal 18 agustus 1945.
Ada empat faktor yang menyebabkan Bahasa melayu
diangkat menjadi Bahasa Indonesia , yaitu :
1. Bahas
melayu adalah merupakan lingua franca di Indonesia, Bahasa perhubungan dan Bahasa perdagangan
2.
Sistem
Bahasa melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam Bahasa melayu tidak di
kenal tingkatan Bahasa (Bahasa kasar dan Bahasa halus)
3. Suku
jawa, suku sunda, dan susku-suku yang lainnya dengan sukarela menerima Bahasa
melayu menjadi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa nasional
4. Bahasa
melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai Bahasa kebudayaan dalam
arti yang luas.
By : Unknown