- Home>
- Sejarah Perkembangan Logika
Posted by : Unknown
Selasa, 27 Desember 2016
Logika adalah salah satu cabang filsafat.
Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme
(bahasa Latin: logica scientia) atau
ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara
lurus, tepat, dan teratur.
pada masa Aristoteles logika masih disebut
dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang
berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti
argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya.
Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme. Aristoteles, sebagai sebuah ilmu
tentang hukum-hukum berpikir guna memelihara jalan pikiran dari setiap
kekeliruan. Logika sebagai ilmu baru pada waktu itu, disebut dengan nama “analitika” dan “dialektika”. Kumpulan karya tulis Aristoteles mengenai logika
diberi nama Organon.
Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid
Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika.
Theoprastus, memberi sumbangan terbesar dalam logika ialah penafsirannya
tentang pengertian yang mungkin dan juga tentang sebuah sifat asasi dari setiap
kesimpulan. Kemudian, Porphyrius, seorang ahli pikir di Iskandariah menambahkan
satu bagian baru dalam pelajaran logika. Bagian baru ini disebut Eisagoge,
yakni sebagai pengantar Categorie. Dalam bagian baru ini dibahas
lingkungan-lingkungan zat dan lingkungan-lingkungan sifat di dalam alam, yang
biasa disebut dengan klasifikasi. Dengan demikian, logika menjadi tujuh bagian.
Tokoh logika pada zaman Islam adalah
Al-Farabi yang terkenal mahir dalam bahasa Grik Tua, menyalin seluruh karya
tulis Aristoteles dalam berbagai bidang ilmu dan karya tulis ahli-ahli pikir
Grik lainnya. Al-Farabi menyalin dan memberi komentar atas tujuh bagian logika
dan menambahkan satu bagian baru sehingga menjadi delapan bagian.
Karya Aristoteles tentang logika dalam
buku Organon dikenal di dunia Barat selengkapnya ialah sesudah berlangsung
penyalinan-penyalinan yang sangat luas dari sekian banyak ahli pikir Islam ke
dalam bahasa Latin. Penyalinan-penyalinan yang luas itu membukakan masa dunia
Barat kembali akan alam pikiran Grik Tua.
Petrus Hispanus menyusun pelajaran logika
berbentuk sajak, seperti All-Akhdari dalam dunia Islam, dan bukunya itu menjadi
buku dasar bagi pelajaran logika sampai abad ke-17. Petrus Hispanus inilah yang
mula-mula mempergunakan berbagai nama untuk sistem penyimpulan yang sah dalam
perkaitan bentuk silogisme kategorik dalam sebuah sajak. Dan kumpulan sajak
Petrus Hispanus mengenai logika ini bernama Summulae.
Francis Bacon melancarkan serangan
sengketa terhadap logika dan menganjurkan penggunaan sistem induksi secara
lebih luas. Serangan Bacon terhadap logika ini memperoleh sambutan hangat dari
berbagai kalangan di Barat, kemudian perhatian lebih ditujukan kepada
penggunaan sistem induksi.
Pembaruan logika di Barat berikutnya
disusul oleh lain-lain penulis di antaranya adalah Gottfried Wilhem von
Leibniz. Ia menganjurkan penggantian pernyataan-pernyataan dengan simbol-simbol
agar lebih umum sifatnya dan lebih mudah melakukan analisis. Demikian juga
Leonard Euler, seorang ahli matematika dan logika Swiss melakukan pembahasan
tentang term-term dengan menggunakan lingkaran-lingkaran untuk melukiskan
hubungan antarterm yang terkenal dengan sebutan circle-Euler.
John Stuart Mill pada tahun 1843
mempertemukan sistem induksi dengan sistem deduksi. Setiap pangkal-pikir besar
di dalam deduksi memerlukan induksi dan sebaliknya induksi memerlukan deduksi
bagi penyusunan pikiran mengenai hasil-hasil eksperimen dan penyelidikan. Jadi,
kedua-duanya bukan merupakan bagian-bagian yang saling terpisah, tetapi
sebetulnya saling membantu. Mill sendiri merumuskan metode-metode bagi sistem
induksi, terkenal dengan sebutan Four Methods.
Logika Formal sesudah masa Mill lahirlah
sekian banyak buku-buku baru dan ulasan-ulasan baru tentang logika. Dan sejak
pertengahan abad ke-19 mulai lahir satu cabang baru yang disebut dengan
Logika-Simbolik. Pelopor logika simbolik pada dasarnya sudah dimulai oleh Leibniz.
Logika simbolik pertama dikembangkan oleh
George Boole dan Augustus de Morgan. Boole secara sistematik dengan memakai
simbol-simbol yang cukup luas dan metode analisis menurut matematika, dan
Augustus De Morgan merupakan seorang ahli matematika Inggris memberikan
sumbangan besar kepada logika simbolik dengan pemikirannya tentang relasi dan
negasi.
Tokoh logika simbolik yang lain ialah John
Venn, ia berusaha menyempurnakan analisis logik dari Boole dengan merancang
diagram lingkaran-lingkaran yang kini terkenal sebagai diagram Venn (Venn’s
diagram) untuk menggambarkan hubungan-hubungan dan memeriksa sahnya penyimpulan
dari silogisme. Untuk melukiskan hubungan merangkum atau menyisihkan di antara
subjek dan predikat yang masing-masing dianggap sebagai himpunan.
Perkembangan logika simbolik mencapai
puncaknya pada awal abad ke-20 dengan terbitnya 3 jilid karya tulis dua filsuf
besar dari Inggris Alfred North Whitehead dan Bertrand Arthur William Russell
berjudul Principia Mathematica dengan
jumlah 1992 halaman. Karya tulis Russell-Whitehead Principia Mathematica memberikan dorongan yang besar bagi
pertumbuhan logika simbolik.
keren abis, trims👍
BalasHapusnice post, thanks for sharing
gbu