- Home>
- Aliran Pendidikan Modern di Indonesia
Posted by : Unknown
Senin, 26 Desember 2016
Menurut Mudyahardio macam-macam aliran pendidikan modern di indonesia
adalah sebagai berikut :
1.
Progresivisme
Progresivisme adalah gerakan
pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada
anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan
yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).
Tujuan pendidikan dalam aliran
ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis,
mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan
tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat
setiap anak.
Kurikulum pendidikan
Progresivisme adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau
kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap peserta didik (experience
curriculum).
Metode pendidikan Progresivisme
antara lain:
1)
Metode belajar
aktif.
2)
Metode
memonitor kegiatan belajar.
3)
Metode
penelitian ilmiah
Pendidikan berpusat pada anak.
Pendidikan Progresivisme menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak.
Anak merupakan pusat adari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Pendidikan
Progresivisme sangat memuliakan harkat dan martabat anak dalam pendidikan. Anak
bukanlah orang dewasa dalam betuk kecil. Anak adalah anak, yang sangat berbeda
dengan orang dewasa. Setiap anak mempunyai individualitas sendiri-sendiri, anak
mempunyai alur pemikiran sendiri, anak mempunyai keinginan sendiri, mempunyai
harapan-harapan dan kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan
demikian, anak harus diperlakukan berbeda dari orang dewasa.
2.
Esensialisme
Esensialisme modern dalam
pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes gerakan progresivisme
terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial. Menurut
esensialisme nilai-nilai yang tertanam dalam nilai budaya/sosial adalah
nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui
kerja keras dan susah payah selama beratus tahun dan di dalamnya berakar
gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu. Peranan
guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas.
Tujuan pendidikan dari aliran ini
adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan
yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian
adlah berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh
ketrampilan. Ketrampilan, sikap-sikap dan nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur
yang inti (esensial) dari sebuah pendidikan Pendidikan bertujuan untuk mencapai
standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau kecerdasan.
Metode pendidikan:
1)
Pendidikan
berpusat pada guru (teacher centered).
2)
Peserta didik
dipaksa untuk belajar.
3)
Latihan mental
Kurikulum berpusat pada mata
pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok. Kurikulum
sekolah dasar ditekankan pada pengembangan ketrampilan dasar dalam membaca,
menulis, dan matematika. Sedangkan kurikulum pada sekolah menengah menekankan
pada perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, serta bahasa dan
sastra
3.
Rekonstruksionalisme
Rekonstruksionalisme memandang
pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus
dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama berlangsungnya pendidikan
haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di masyarakat
Tujuan pendidikan,
Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk
melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tujuan
pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik
tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam
skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang
diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Kurikulum dalam pendidikan
rekonstruksionalisme berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada
kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi
masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia. Yng
termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan
program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah.
4.
Perennialisme
Perennialisme adalah gerakan
pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa
pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman
kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Guru mempunyai peranan dominan
dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut
perennialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena
dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi
dengan berpikir, maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan
pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk
mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang
cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami faktor-faktor dan problema yang
perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.
Tujuan pendidikan : Diharapkan
anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan
pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada
masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat
menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi,
matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, telah banyak memberikan
sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.
Kurikulum berpusat pada mata
pelajaran dan cenderung menitikberatkan pada sastra, matematika, bahasa dan
sejarah.
5.
Idealisme
Aliran idealisme merupakan suatu
aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran
asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli
(cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara
jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini
memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Tugas ide adalah
memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang
telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat
menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala
sesuatu yang dialami sehari-hari.
Para murid yang menikmati
pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan,
memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara
khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Para guru
tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi
satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam
pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup
bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas
anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.
Pola pendidikan yang diajarkan
fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat
dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat
pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas
tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara
keduanya.
Tujuan Pendidikan : Agar anak
didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki
kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan
berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu
lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi
kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam
spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain.
Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu
dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh
pengertian dan rasa saling menyayangi.
Kurikulum yang digunakan dalam
pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang
objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook.
Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.